BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Selasa, 24 November 2009

Anggrek Vanda Tricolor

Keberadaan Vanda tricolor di Lereng Selatan Merapi
Lereng Selatan Gunung Merapi yang terletak di Kabupaten Sleman Jogjakarta masih menyimpan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Vegetasi yang menutupi wilayah ini meliputi padang rumput, semak belukar dan vegetasi pohon besar. Struktur vegetasi demikian merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan anggrek, baik itu anggrek tanah maupun anggrek epifit. Eksplorasi dan identifikasi yang dilakukan BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Yogyakarta menemukan sekitar 53 jenis anggrek alam. Sebagian besar anggrek tersebut adalah epifit (menempel pada batang pohon). Salah satu anggrek khas daerah ini yang hampir punah keberadaannya di lereng Selatan Merapi adalah Vanda tricolor.

anggrek
Gambar diatas diambil dari http://www3.unifi.it/

Anggrek berbunga putih dengan bercak totol ungu kemerahan ini dulunya sangat banyak dan tumbuh liar di pohon dadap, angsana dan pohon-pohon tahunan lainnya. Akan tetapi, bencana semburan awan panas pada tahun 1994 telah menghanguskan 80 % habitat asli anggrek ini. Belum lagi kebakaran besar di hutan lindung dan Cagar Alam Plawangan Turgo pada tanggal 16-20 Oktober 2002, ditambah ancaman awan panas pada tahun 2006 yang semakin mengancam keberadaan anggrek species merapi di alam. Disamping faktor alam, faktor sosialpun sangat berpengaruh besar terhadap populasi anggrek ini. Masyarakat sekitar banyak yang mengkoleksi kemudian menjualnya kepada nursery-nurseri atau para pemesan dari luar kota. Akibat dari semua itu, saat ini hamper tidak mungkin lagi menjumpai anggrek tersebut di habitat aslinya.

Wujud upaya pelestarian yang telah dilakukan BKSDA untuk meningkatkan populasi vanda tricolor adalah melaksanakan usaha penangkaran yang berbasiskan kemasyarakatan dengan membentuk 5 kelompok tani konservasi dari 3 Kecamatan di Lereng Selatan Gunung Merapi. Upaya budidaya yang dilakukan kelima kelompok tani tersebut dinilai masih kurang optimal. Ketidaktepatan teknik budidaya yang dilakukan menyebabkan lambatnya pertumbuhan dan perkembangbiakan Vanda tricolor.

Dengan hasil budidaya yang masih minim, pada tahun 2002, BKSDA membeli 80 batang dari kelima kelompok tani konservasi tersebut kemudian merelokasikannya ke blok Tlogo Muncar, Kawasan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Plawangan Turgo. Akan tetapi setahun kemudian, dari observasi penulis yang dilakukan pada tahun 2004, dari 80 batang hanya 36 batang yang tersisa, 15 batang diantaranya dalam kondisi kritis. Masalah yang saat ini dihadapi adalah bagaimana memperbaiki teknik budidaya maupun teknik relokasi dengan pendekatan agronomis yang meliputi pengelolaan terhadap lingkungan tumbuh serta pengelolaan terhadap tanaman itu sendiri sehingga menciptakan interaksi positif yang mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan Vanda tricolor serta meningkatkan kemampuan hidupnya di habitat relokasi.

Konservasi Vanda tricolor
Konservasi adalah upaya pelestarian keanekaragaman hayati maupun non hayati dengan pertimbangan aspek ekologi serta ekonomi. Beberapa prinsip konservasi yaitu perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan yang lestari. Salah satu upaya tersebut adalah penangkaran atau budidaya. Adapun pengertian penangkaran/budidaya rumbuhan dan satwa liar antara lain:

  • Penangkaran/budidaya tumbuhan dan satwa liar adalah kegiatan yang berhubungan dengan pembesaran dan pengembangbiakan, tumbuhan dan satwa liar dengan tetap mempertahankan galur murninya (keaslian jenis).
  • Usaha penangkaran/budidaya adalah meliputi kegiatan:
    • Persiapan teknik penangkaran/budidaya dan administrasi perijinan
    • Pelaksanaan proses pengembangbiakan tumbuhan dan satwa liar
    • Pengolahan dan pemanfaatan hasil penangkaran/budidaya
    • Usaha penangkaran/budidaya komersil adalah usaha pembudidayaan dengan tujuan memperdagangkan hasil budidaya dengan kewajiban mengembalikan kea lam (restocking).
    • Usaha penagkaran/budidaya non komersil adalah usaha pembudidayaan untuk keperluan memenuhi hobi, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan rekreasi.

Dengan adanya upaya konservasi melalui penangkaran/budidaya tumbuhan dan satwa liar maka kelestarian keanekaragaman hayati akan lebih terjamin. Pola ini telah diadopsi oleh BKSDA Yogyakarta untuk melestarikan populasi anggrek khas Gunung Merapi, Vanda tricolor, melalui pembentukan unit pelaksana budidaya yang disebut kelompom tani konservasi. Kelompok tani konservasi ini diberi modal awal oleh BKSDA untuk membeli perlengkapan budidaya dan diberi 50 batang anggrek Vanda tricolor sebagai indukan yang tidak boleh dijual. Hasil budidaya dari indukan inilah yang nantinya dibeli oleh BKSDA untuk kepentingan relokasi di habitat barunya.

Permasalahan dan Hambatan Konservasi Vanda tricolor
Budidaya yang dilakukan oleh 5 kelompok tani konservasi selama 3,5 tahun kurang menunjukkan perkembangan yang memuaskan. Dari sekitar 50 batang Vanda tricolor induk, rata-rata berkembang menjadi 80 batang, itupun sudah termasuk indukan. Para petani juga mengeluhkan lambatnya pertumbuhan anggrek ini, terutama saat pembibitan. Bibit anggrek hanya mencapai tinggi 3 cm dalam waktu 2 tahun. Beberapa kendala yang ditemui penulis saat di lapangan antara lain:

  • Hampir semua petani konservasi belum mengetahui cara penyerbukan buatan
  • Pembibitan masih menggantungkan proses alami
  • Penyiraman tidak teratur, bahkan sering pula dilakukan pada siang hari yang terik
  • Pemupukan hanya menggunakan pupuk kandang, bahkan sebagian besar tidak pernah dipupuk sama sekali
  • Banyak calon bunga diserang oleh kutu penghisaap (aphids) sehingga rusak dan kering
  • Intensitas cahaya melalui paranet terlalu rendah, sehingga jarang berbunga dan pembentukan daun baru yang lambat
  • Sebagian lainnya, meletakkan anggrek di tempat terbuka yang terpapar sinar matahari penuh sehingga banyak daun yang terbakar
  • Media tanam bibit menggunakan pakis yang dihaluskan, namun strukturnya terlalu padat untuk perkembangan akar.

Melihat dari permasalahan budidaya tersebut, tampak para petani masih belum memperhatikan aspek agronomi secara optimal, sehingga pengelolaan lingkungan dan pengelolaan tanaman manjadi kurang tepat. Akibat selanjutnya pertumbuhan dan perkembangbiakan anggrek menjadi lambat.

Disamping permasalahan budidaya, terdapat pula beberapa masalah pada teknik relokasinya. Relokasi yang dilakukan pada bulan Agustus 2002 di blok Tlogo Muncar kawasan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Plawangan Turgo telah memperlihatkan bahwa pada bulan Juli 2004, dari 80 batang Vanda tricolor yang ditempelkan, hanya tersisa 36 batang, 15 diantaranya dalam kondisi kering, akar tidak berkembang, daun layu, pucat, dan daun barunya makin sempit dan kecil. Vanda tricolor hanya ditempel dengan bantuan tali sabut tanpa diberi media apapun. Anggrek yang mengalami kekeringan, sebagian besar di kawasan Taman Wisata Alam.

0 komentar: