BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Selasa, 24 November 2009

Anggrek Vanda Limbata

vanda limbata ne rio
photo by Destario Metusala 07

Nama : Vanda limbata Blume, Rumphia 4:49 (1849)
Sinonim : (belum ada catatan lain)
Nama Indonesia : -
Asal : Jawa Timur

Habitat : Habitat alaminya di hutan dataran rendah di Jawa Timur, Madura, Bali hingga Kepulauan Nusa Tenggara Timur bahkan ada laporan spesies ini juga ditemukan di Filipina. Adaptif pada pola vegetasi hutan terbuka dengan aerasi lancar serta intensitas cahaya 60-85 dengan suhu 26-32ÂșC.

Info bunga : Dalam satu pohon bias mengeluarkan 1-2 tandan bunga dengan jumlah kuntum antara 3-10 per tandan. Diameter bunga sekitar 3-4 cm, sepal petal berwarna dasar kuning dengan pola bercak krem kecoklatan. Sangat variatif dalam warna, mulai kuning pucat hingga kuning kecoklatan (specimen asal Jawa dan Madura) dan coklat tua kemerahan hingga jingga tua kemerahan (specimen asal Nusa Tenggara). Begitu pula dengan warna labellumnya dari merah muda pucat hingga merah keunguan, bahkan pada beberapa kuntum bisa ditemukan warna labellum putih kekuningan. Selain bentuk labellumnya, ciri khas spesifik lain yang membedakan dengan kerabat Vanda yang lainnya adalah tonjolan kecil pada bagian tengah pangkal belakang dari labellumnya. Bunganya mengeluarkan aroma harum semerbak, terutama pada pagi hari pukul 07.00-11.00.

Keterangan : Sangat adaptif dan mudah untuk dipelihara. Laju pertumbuhan akar sangat cepat. Mudah ditumbuhkan baik dengan media tanam maupun tanpa media tanam. Biasanya berbunga pada pergantian musim, terutama pada saat-saat terkering antara musim kemarau masuk ke musim hujan.

Anggrek Cybidium


Di Kalimantan Barat anggrek ini dinamakan sakat lidah ular tedung atau lau pandan. Orang sumatera mengenalnya dengan nama anggrek pandan, karena perawakannya memang sekilas menyerupai pandan. Untuk membedakannya dengan anggrek lainnya yang perawakannya mirip pandan seperti Vanda tricolor, anggrek ini diberi nama “anggrek lidah ular”.

Anggrek Phalaenopsis Bellina


Anggrek ini sudah tidak asing lagi bagi penggemar anggrek. Budidayanya sudah dimulai sejak tahun 1861. Tumbuhan ini secara alami tumbuh di Kalimantan, Sumatera dan Semenanjung Malaya. Beberapa Negara sekarang juga telah membudidayakannya. Nama latin dari anggrek cantik ini adalah Phalaenopsis bellina. Di Indonesia dikenal dengan nama anggrek kelip. Nama itu diberikan karena bentuk dan warna bunganya yang menyerupai bintang yang sedang berkelap-kelip.

Anggrek Macan

Bunganya yang berwarna hijau dan kuning kehitam-hitaman ini sangat menarik sekali. Penampilannya yang luar biasa pada saat berbunga, berbunga sekali dalam 2 sampai 4 tahun, bunga yang bertahan sampai dengan 6 bulan dan memiliki 60-100 kuntum bunga per tangkai membuat Anggrek jenis ini dicari begitu banyak orang dan termasuk dalam tanaman langka. Hal inilah yang membuat harganya menjadi demikian mahal.

Foto : Vibizlife/Andreas

Anggrek Macan atau yang dikenal dengan Grammatophyllum Speciosum, kali ini berasal dari Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara. Biasanya Anggrek Macan ini banyak terdapat di lingkungan panas, hutan tropis yang lembab di Kawasan Malaysia, Sumatera dan Papua.

Merupakan anggrek terbesar di dunia, bisa mencapi 15 ft dan berat 2 ton. Spesies ini berkembang biak dengan spora dan banyak terdapat di pohon bakau dan pohon kelapa.

Pemeliharaannya haruslah hati-hati sekali, karena dia harus selalu dalam keadaan kering, sebaiknya hanya disiram 3 hari 1 kali saja.

Nah, bagi anda yang telah memiliki Anggrek Macan ini, anda dapat memberikan perhatian khusus baginya, karena anggrek jenis ini adalah spesies yang harus kita jaga dan kembangkan karena keberadaannya sudah hampir punah.

Anggrek Vanda Tricolor

Keberadaan Vanda tricolor di Lereng Selatan Merapi
Lereng Selatan Gunung Merapi yang terletak di Kabupaten Sleman Jogjakarta masih menyimpan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Vegetasi yang menutupi wilayah ini meliputi padang rumput, semak belukar dan vegetasi pohon besar. Struktur vegetasi demikian merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan anggrek, baik itu anggrek tanah maupun anggrek epifit. Eksplorasi dan identifikasi yang dilakukan BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Yogyakarta menemukan sekitar 53 jenis anggrek alam. Sebagian besar anggrek tersebut adalah epifit (menempel pada batang pohon). Salah satu anggrek khas daerah ini yang hampir punah keberadaannya di lereng Selatan Merapi adalah Vanda tricolor.

anggrek
Gambar diatas diambil dari http://www3.unifi.it/

Anggrek berbunga putih dengan bercak totol ungu kemerahan ini dulunya sangat banyak dan tumbuh liar di pohon dadap, angsana dan pohon-pohon tahunan lainnya. Akan tetapi, bencana semburan awan panas pada tahun 1994 telah menghanguskan 80 % habitat asli anggrek ini. Belum lagi kebakaran besar di hutan lindung dan Cagar Alam Plawangan Turgo pada tanggal 16-20 Oktober 2002, ditambah ancaman awan panas pada tahun 2006 yang semakin mengancam keberadaan anggrek species merapi di alam. Disamping faktor alam, faktor sosialpun sangat berpengaruh besar terhadap populasi anggrek ini. Masyarakat sekitar banyak yang mengkoleksi kemudian menjualnya kepada nursery-nurseri atau para pemesan dari luar kota. Akibat dari semua itu, saat ini hamper tidak mungkin lagi menjumpai anggrek tersebut di habitat aslinya.

Wujud upaya pelestarian yang telah dilakukan BKSDA untuk meningkatkan populasi vanda tricolor adalah melaksanakan usaha penangkaran yang berbasiskan kemasyarakatan dengan membentuk 5 kelompok tani konservasi dari 3 Kecamatan di Lereng Selatan Gunung Merapi. Upaya budidaya yang dilakukan kelima kelompok tani tersebut dinilai masih kurang optimal. Ketidaktepatan teknik budidaya yang dilakukan menyebabkan lambatnya pertumbuhan dan perkembangbiakan Vanda tricolor.

Dengan hasil budidaya yang masih minim, pada tahun 2002, BKSDA membeli 80 batang dari kelima kelompok tani konservasi tersebut kemudian merelokasikannya ke blok Tlogo Muncar, Kawasan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Plawangan Turgo. Akan tetapi setahun kemudian, dari observasi penulis yang dilakukan pada tahun 2004, dari 80 batang hanya 36 batang yang tersisa, 15 batang diantaranya dalam kondisi kritis. Masalah yang saat ini dihadapi adalah bagaimana memperbaiki teknik budidaya maupun teknik relokasi dengan pendekatan agronomis yang meliputi pengelolaan terhadap lingkungan tumbuh serta pengelolaan terhadap tanaman itu sendiri sehingga menciptakan interaksi positif yang mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan Vanda tricolor serta meningkatkan kemampuan hidupnya di habitat relokasi.

Konservasi Vanda tricolor
Konservasi adalah upaya pelestarian keanekaragaman hayati maupun non hayati dengan pertimbangan aspek ekologi serta ekonomi. Beberapa prinsip konservasi yaitu perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan yang lestari. Salah satu upaya tersebut adalah penangkaran atau budidaya. Adapun pengertian penangkaran/budidaya rumbuhan dan satwa liar antara lain:

  • Penangkaran/budidaya tumbuhan dan satwa liar adalah kegiatan yang berhubungan dengan pembesaran dan pengembangbiakan, tumbuhan dan satwa liar dengan tetap mempertahankan galur murninya (keaslian jenis).
  • Usaha penangkaran/budidaya adalah meliputi kegiatan:
    • Persiapan teknik penangkaran/budidaya dan administrasi perijinan
    • Pelaksanaan proses pengembangbiakan tumbuhan dan satwa liar
    • Pengolahan dan pemanfaatan hasil penangkaran/budidaya
    • Usaha penangkaran/budidaya komersil adalah usaha pembudidayaan dengan tujuan memperdagangkan hasil budidaya dengan kewajiban mengembalikan kea lam (restocking).
    • Usaha penagkaran/budidaya non komersil adalah usaha pembudidayaan untuk keperluan memenuhi hobi, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan rekreasi.

Dengan adanya upaya konservasi melalui penangkaran/budidaya tumbuhan dan satwa liar maka kelestarian keanekaragaman hayati akan lebih terjamin. Pola ini telah diadopsi oleh BKSDA Yogyakarta untuk melestarikan populasi anggrek khas Gunung Merapi, Vanda tricolor, melalui pembentukan unit pelaksana budidaya yang disebut kelompom tani konservasi. Kelompok tani konservasi ini diberi modal awal oleh BKSDA untuk membeli perlengkapan budidaya dan diberi 50 batang anggrek Vanda tricolor sebagai indukan yang tidak boleh dijual. Hasil budidaya dari indukan inilah yang nantinya dibeli oleh BKSDA untuk kepentingan relokasi di habitat barunya.

Permasalahan dan Hambatan Konservasi Vanda tricolor
Budidaya yang dilakukan oleh 5 kelompok tani konservasi selama 3,5 tahun kurang menunjukkan perkembangan yang memuaskan. Dari sekitar 50 batang Vanda tricolor induk, rata-rata berkembang menjadi 80 batang, itupun sudah termasuk indukan. Para petani juga mengeluhkan lambatnya pertumbuhan anggrek ini, terutama saat pembibitan. Bibit anggrek hanya mencapai tinggi 3 cm dalam waktu 2 tahun. Beberapa kendala yang ditemui penulis saat di lapangan antara lain:

  • Hampir semua petani konservasi belum mengetahui cara penyerbukan buatan
  • Pembibitan masih menggantungkan proses alami
  • Penyiraman tidak teratur, bahkan sering pula dilakukan pada siang hari yang terik
  • Pemupukan hanya menggunakan pupuk kandang, bahkan sebagian besar tidak pernah dipupuk sama sekali
  • Banyak calon bunga diserang oleh kutu penghisaap (aphids) sehingga rusak dan kering
  • Intensitas cahaya melalui paranet terlalu rendah, sehingga jarang berbunga dan pembentukan daun baru yang lambat
  • Sebagian lainnya, meletakkan anggrek di tempat terbuka yang terpapar sinar matahari penuh sehingga banyak daun yang terbakar
  • Media tanam bibit menggunakan pakis yang dihaluskan, namun strukturnya terlalu padat untuk perkembangan akar.

Melihat dari permasalahan budidaya tersebut, tampak para petani masih belum memperhatikan aspek agronomi secara optimal, sehingga pengelolaan lingkungan dan pengelolaan tanaman manjadi kurang tepat. Akibat selanjutnya pertumbuhan dan perkembangbiakan anggrek menjadi lambat.

Disamping permasalahan budidaya, terdapat pula beberapa masalah pada teknik relokasinya. Relokasi yang dilakukan pada bulan Agustus 2002 di blok Tlogo Muncar kawasan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Plawangan Turgo telah memperlihatkan bahwa pada bulan Juli 2004, dari 80 batang Vanda tricolor yang ditempelkan, hanya tersisa 36 batang, 15 diantaranya dalam kondisi kering, akar tidak berkembang, daun layu, pucat, dan daun barunya makin sempit dan kecil. Vanda tricolor hanya ditempel dengan bantuan tali sabut tanpa diberi media apapun. Anggrek yang mengalami kekeringan, sebagian besar di kawasan Taman Wisata Alam.

Anggrek Dendrobium


Anggrek dendrobium adalah salah satu jenis anggrek yang kaya warna dan panjang umur. Menanam dan merawatnya mudah. Pupuk, siram, dan tempatkan di tempat yang tepat. Bunga mekar mewangi.
Menanam dendrobium tidak sulit, cukup sediakan media tanam yang baik. Bisa berupa arang kayu, pecahan genteng, ijuk kelapa, dan pakis. Agar dapat tumbuh dengan baik, ganti media tanam setiap enam bulan sekali.
Selain media tanam yang baik, perhatikan juga nutrisi yang harus diberikan. Tanpa nutrisi yang pas, dendrobium tidak akan bisa tumbuh dan berbunga dengan baik. Agar selalu berbunga, berikan pupuk NPK secara teratur. Untuk pemupukan, lakukan sesuai kebutuhan. Pemberian nutrisi akan membantu pertumbuhannya.
Seperti jenis anggrek pada umumnya, dendrobium dapat tumbuh sehat pada suhu 15-28 derajat celcius. Kelembapan yang dibutuhkan adalah 60%-85%. Untuk mendapatkan kelembapan yang pas, lakukan penyiraman dua kali sehari, pagi dan sore hari.
Cermati juga soal penempatan. Tempatkan dendrobium di tempat yang teduh, jauh dari sinar matahari langsung. Jika perlu pasang paranet di atas lokasi tanam. Untuk menghindari kutu, atau ulat, semprotkan insektisida, satu sampai dua kali sebulan.

Persilangan Anggrek

Anggrek bersifat hermaphrodit, yaitu pollen (serbuk sari) dan putik terdapat didalam satu bunga, sedangkan sifat kelaminnya adalah monoandrae (kelamin jantan dan betina terletak pada satu tempat) sehingga anggrek termasuk tanaman yang mudah mengalami penyerbukan. Penyerbukan dapat terjadi secara tidak sengaja oleh alam, misalnya serangga. Jatuhnya serbuk sari ke kepala putik akan menyebabkan terjadinya penyerbukan, proses ini lebih mudah terjadi pada tipe bunga anggrek yang memiliki zat perekat pada putiknya (discus viscidis). Bunga anggrek yang tidak memiliki zat perekat disebut polinia, sedangkan bunga anggrek yang memiliki perekat disebut polinaria.

Persilangan dilakukan dengan membuka alat kelamin bunga (gymnostemium) anggrek. Lidi atau tusuk gigi ditempelkan pada lempeng perekat di putik bunga, kemudian digunakan untuk mengambil pollen. Pollen diletakkan di kepala putik (stigma). Persilangan yang diikuti dengan penyerbukan diakhiri dengan membuang lidah bunga untuk menghindari serangga menggagalkan penyerbukan, dan memberikan label pada hasil persilangan tersebut.

Persilangan buatan yang dilakukan antar genus hanya baik dilakukan untuk bunga dengan tipe pollen yang sama, yaitu antara polinia-polinia (misal: Cattleya dengan Dendrobium) atau polinaria-polinaria (misal: Vanda dengan Phalaenopsis). Selain itu, faktor kesesuaian (compatibility) juga menentukan factor keberhasilan dalam proses penyerbukan.

Pemilihan tanaman induk tentunya disesuaikan dengan hasil yang diinginkan dalam suatu proses persilangan. Secara garis besar tanaman induk harus sehat, yang dicirikan dengan penampilan fisik segar, hijau, tumbuh tegak, kuat dan kokoh.

Untuk dapat menghasilkan persilangan yang diinginkan, maka perlu diketahui sifat-sifat yang dimiliki oleh tanaman induknya. Sifat-sifat ini ada yang bersifat dominan (sifat yang kuat dan menonjol) dan sifat-sifat yang tidak nampak (resesif, misalnya keawetan bungan dan proses pembungaannya. Sifat-sifat yang diturunkan oleh induk dari hasil persilangan F1 (keturunan pertama) dapat bersifat dominan, resesif ataupun dominan tidak sempurna yaitu mempunyai sifat antara kedua induk (parental). Dalam menghasilkan persilangan yang berkualitas, maka perlu diketahui hukum-hukum keturunan yang dikemukakan oleh Mendel, yaitu:

Hukum Dominansi ; apabila tanaman A bersifat dominan terhadap tanaman B, hasil persilangan A x B maka F1-nya akan menyerupai A
Hukum Segregasi (hukum Mendel) ; jika tanaman B dan C mempunyai sifat dominan tidak sempurna maka F1 akan mempunyai sifat campuran antara sifat tanaman B dan C. Apabila F1 dilakukan penyerbukan sendiri, maka keturunan F2-nya kemungkinan 50% bersifat BC, 25% bersifat B, dan 25% bersifat C
Hukum Dominansi Bebas ; jika tanaman D dan E bersifat dominant sempurna, maka keturunan F1 akan sama dengan induknya, namun pada keturunan F2 akan terjadi pemisahan sifat, yaitu sifat-sifat yang baik akan diturunkan terpisah dengan yang tidak baik. Pada hokum ini akan timbul kesulitan jika terjadi linkage dari gen-gen pembawa sifat.
Linkage ; merupakan peristiwa yang menyalahi ketiga hukum diatas, yaitu apabila semua gen penyandi sifat yang berbeda terdapat dalam satu kromosom, sehingga sifat-sifatnya selalu diturunkan bersama-sama.
Di Indonesia pada umumnya persilangan anggrek lebih mengarah untuk menghasilkan warna bunga yang menarik, untuk itu sangatlah perlu diperhatikan zat-zat dan organel pembentuk warna pada bunga yaitu:

Anthocyanin, merupakan zat larut dalam cairan sel (sitoplasma). Zat ini menimbulkan warna merah muda, merah tua, dan biru. Warna-warna ini sangat dipengaruhi oleh pH lingkungan cairan sel, bila pH rendah akan muncul warna merah, sedangkan bila pH tinggi akan muncul warna biru.
Anthoxanthin, merupakan zat kimia organik yang juga larut dalam sitoplasma. Zat ini menimbulkan warna kuning muda hingga kuning tua. Jika anthoxantin berada bersama-sama dalam sitoplasma, maka kedua warna tersebut dapat tercampur. Perubahan warna ini dikenal dengan sebutan ko-pigmentasi
Plastida pembawa pigmen warna berbentuk butiran, sehingga tidak larut dalam sitoplasma seperti pigmen yang lain. Pigmen dari plastida akan nampak jika anthocyanin dan anthoxanthin tidak larut dalam sitoplasma.
Albinisme yang terjadi pada bunga anggrek seringkali memberikan suatu nilai komersial yang tinggi. Albinisme umumnya terjadi jika warna yang muncul tidak sesuai dengan kaidah keilmuan dalam genetika tanaman. Hal ini dikarenakan adanya faktor gen atau kromogen yang bersifat resesif atauupun resesif keduanya.

Perkawinan suatu tanaman akan menghasilkan tanaman baru dengan kromosom genap (diploid = 2n).

An x Bn = monoploid/haploid
AB2n = diploid
Contoh : bunga warna putih (jantan) disilangkan dengan warna merah muda (betina)
Jantan : AA
Betina : BB
Kemungkinan terjadi :AA —- 1 (25%)
AB —- 2 (50%)
BB —- 1 (25%)
(jantan) AABB x (betina) aabb
AB x ab
Kemungkinan hasilnya :
-AaBb Keterangan : A = merah muda
-Aabb B = Bunga besar
-AaBB a = Bunga kecil
-AABb b = putih
-AAbb
-AABB
-aaBb
-aabb
-aaBB
Teknik penyilangan anggrek mudah dipelajari, namun tingkat keberhasilan penyilangan tersebut ditentukan oleh banyak aspek, antara lain waktu penyilangan, umur bunga betina, mutu bunga jantan sebagai penghasil pollen, dan yang tidak kalah pentingnya adalah factor keuletan dan pengalaman penyilang itu sendiri.

Anggrek Hitam

Lantana Anggrek hitam (Coelogyne pandurata) yang dahulu dengan mudah ditemukan dipadang pasir Kersik Luway di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Spesies langka anggrek ini hanya tumbuh di padang pasir Kersik Luway. Jika sedang musim berbunga, anggrek hitam itu mekar indah dan membentuk padang anggrek yang sangat luas. Namun, kini semakin sulit menemukan anggrek hitam, bahkan saat musim berbunga sekalipun. Anggrek hitam , diperkirakan hanya tinggal sedikit sejalan dengan kehancuran Cagar Alam Kersik Luway yang jumlah lahan anggreknya menyusut drastis dari 5.000 hektar menjadi hanya tinggal 500 hektar, dan dalam lima tahun terakhir menyusut lagi menjadi tinggal 50 hektar. Sangat ironis, karena tadinya kawasan itu merupakan kombinasi unik hutan kerangas, hutan tropis basah, dan hutan rawa bergambut. Kersik Luway juga merupakan kumpulan beberapa kersik (tanah berpasir), yakni Kersik Luway, Kersik Serai, Kersik Nyako, dan sebagian Kersik Mencege. Namun, kerusakan alam di wilayah ini terus terjadi susul-menyusul tanpa upaya rehabilitasi menyeluruh. Praktis dalam kondisi ini anggrek hitam pun terancam punah total. Di lain pihak, upaya nyata untuk konservasi pun belum pernah digarap serius di kalangan penguasa Kalimantan Timur (Kaltim). Petinggi Kaltim hingga kini selalu sibuk dengan dua "mainan" utama, yakni pembabatan hutan dan pembukaan tambang. SELAIN faktor lingkungan berupa kebakaran hutan, ancaman pengurasan /eksplorasi yang dilakukan manusia pun turut memperburuk keadaan.

Padahal tanaman anggrek hitam ini sulit dibudidayakan di luar habitatnya Data Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim membenarkan kondisi kritis Kersik Luway. Berdasar penelitian terakhir, tercatat ada 57 jenis anggrek dengan 47 di antaranya memiliki daerah sebaran di dalam kawasan cagar alam. Selebihnya berada di luar, tetapi masih termasuk dalam daerah padang luway. Penjarahan anggrek dan perburuan di sekitar kawasan tersebut membuktikan perubahan pandangan terhadap kesakralan Kersik Luway. Masyarakat sudah tidak takut lagi terhadap pantangan memasuki atau mengeksploitasi kawasan yang konon sangat angker itu.